Noprizal, S.HI*
Tak
lengkap jika kita berkunjung ke Ibukota Jakarta tanpa Mengabadikan
Monumen Nasional (Monas), begitu pun jika kita bertamasya ke Negeri
Jiran Malaysia, tanpa mengabadikan menara kembar Petronas. Atau salah
satu contoh terdekat saja, jika kita tidak mengabadikan
kegiatan‑kegiatan kunjungan di Jam Gadang Bukit Tinggi, begitu juga Kota
Palembang dengan Jembatan Amperanya.
Lantas apakah
kabupaten‑kabupaten di Provinsi Jambi tidak memiliki ikon seperti itu?
Tentu ada, kita memiliki banyak ikon yang layak jual, namun sayang tidak
dikemas, dan dipromosikan dengan layak.
Kita mulai dari kabupaten
paling barat Provinsi Jambi yaitu Kerinci, sebelum dimekarkan, tentunya
memiliki sebuah tugu perjuangan di tengah ibukotanya Sungaipenuh, namun
sama sekali tidak pernah dikemas dengan selayaknya, dan tentu saja hal
itu tidak bisa menjadi nilai tambah untuk menarik minat wisatawan baik
lokal maupun mancanegara.
Jika saat ini monumen yang terletak di
jantung Kota Sungaipenuh sudah menjadi milik Pemerintah Kota
Sungaipenuh, Kabupaten Kerinci tentunya masih memiliki satu buah monumen
yang memiliki nilai jual yang sangat tinggi, yaitu monumen Gempa Bumi
tahun 1995 di desa Kota Iman Kecamatan Danau Kerinci.
Monumen
Masjid yang terbentuk akibat bencana alam tersebut sayangnya juga tidak
mampu membawa berkah bagi warga sekitar dan Kabupaten Kerinci khususnya.
Apalagi untuk menjadi daya tarik wisata Kabupaten Kerinci.
Kini juga
akan dibangun Jembatan layang di Kota Sungaipenuh, yang menghubungkan
Kecamatan Sungaipenuh dengan Kecamatan Tanah Kampung dengan total
anggaran yang akan dihabiskan sebesar Rp 35 Milyar disedot dari APBN
2012.
Selaku masyarakat yang berharap Sebuah Kota atau Kabupaten
memiliki ikon yang terkenal, tentunya Jembatan layang yang saat ini
sedang ditender itu bukan hanya berdiri kokoh untuk lalu lintas
masyarakat Kota Sungaipenuh khususnya, namun mampu berdiri menjulang
menjadi ikon Kota Sahalun Suhak Saltauh Bdei itu.
Kabupaten Merangin
juga memiliki ikon yang tidak kalah dari kabupaten lainnya di Provinsi
Jambi, Jam Gento yang memiliki lokasi yang sangat tepat, di kawasan
Pasar Atas Kota Bangko, sepertinya hingga saat ini hanya mampu menjadi
background baleho para bakal Calon Bupati Merangin.
Entah disulap
bagaimana, sehingga Jam Gento yang jika kita lihat secara langsung
menimbulkan kesan tidak terawat dengan tidak aktifnya jam tersebut,
namun jika dilihat di dalam foto sungguh sangat membanggakan.
Malahan
tidak jarang di beberapa media cetak dan media online memberitakan
bahwa di lokasi Jam Gento saat ini disalahgunakan menjadi tongkrongan
anak muda untuk berpesta miras. Tentunya sebuah monumen atau tugu yang
diharapkan mampu menjadi ikon, bukan hanya diharapkan mampu menjadi
tempat tongkrongan, melainkan mampu mendongkrak pemasukan daerah dan
pemasukan masyarakat yang ada di sekitarnya.
Begitu juga di
Kabupaten Sarolangun, dengan jembatan uniknya yang biasa disebut
Jembatan Beatrix dengan arsitektur Eropa yang berlokasi di jantung Kota
Sarolangun, sepertinya lumayan memberikan arti.
Meskipun juga tidak
banyak dikenal dan belum mampu menjadi ikon kenamaan, untuk warga yang
tinggal di wilayah sekitar, cukup memberikan arti, di samping mampu
menjadi pendongkrak ekonomi warga, juga jembatan yang meski saat ini
tidak lagi menjadi jalur lalu lintas utama lagi, mampu menjadi pilihan
lokasi wisata di sore hari bagi warga.
Di Kota Jambi juga memiliki
monumen yang menyerupai monumen nasional yang tepat berada di
persimpangan kantor Wali Kota Jambi. Di malam harinya, tugu itu selalu
menjadi tempat tongkrongan anak muda menghabiskan malam sambil
kebut‑kebutan liar.
Dengan dihiasi beberapa buah jam yang sama
sekali tidak aktif dan berukuran besar. Sepertinya monumen yang ada
tidak mampu berbuat banyak untuk menjadikan tempatnya berdiri lebih
dikenal dan mendongkrak perekonomian.
Dari beberapa contoh di atas,
penulis mencoba menyimpulkan, bahwa pembangunan monumen atau tugu di
Provinsi Jambi masih kurang serius. Hal ini dibuktikan dengan tidak ada
Monumen yang mencolok dan dibangun dengan target jangka panjang untuk
lebih dikenal dan mampu memberikan pengaruh positif bagi kehidupan
masyarakat di sekitarnya, seperti membuka peluang usaha dan lain
sebagainya.
Tidakkah kita iri dengan kunjungan wisatawan di Kota
Bukit Tinggi, yang dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
Dengan ikon Jam Gadangnya, mampu mengantarkan Bukit Tinggi sebagai salah
satu primadona wisata di Pulau Sumetara ini. Jika ada yang beranggapan
bahwa Bukti Tinggi memiliki banyak objek wisata penunjang lainnya,
apakah kita tidak sadar, Kabupaten Kerinci dan kabupaten lainnya di
Provinsi Jambi ini juga memiliki objek wisata yang lebih eksotis dari
pada Bukti Tinggi.
Namun sayang pengelolaan objek wisata di beberapa
kabupaten di Provinsi Jambi ini belum dikelola secara profesional.
Tidak susah untuk membuktikannya, hanya untuk mendapatkan sebuah
souvenir dari satu objek wisata, sama sekali tidak akan didapat. Jauh
berbeda dengan di jam Gadang Bukit Tinggi, atau di beberapa objek wisata
lainnya di Provinsi lain, di bawah objek wisatanya, berjejer rapi para
penjual baju, gantungan kunci, dan sejumlah souvenir lainnya.
Terlepas
dari adanya pro dan kontra rencana pembangunan Jembatan Gantung yang
menghubungkan Ancol Kota Jambi dengan Kota Jambi Seberang, sebuah
harapan masyarakat cukup nyata jika jembatan tersebut benar‑benar
dilaksanakan pembangunannya.
Begitu juga dengan rencana pembangunan
Jam Gadang di RT 08 Kelurahan Arab Melayu, Kecamatan Pelayangan yang
tepat berada di seberang rumah dinas Gubernur Jambi.
Dan teranyar
adalah pembangunan Tugu Pers Nasional, dibangun di kawan Murni Kota
Jambi, sebagai salah satu bukti sejarah pernah dilaksanakannya
Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) yang akan dihadiri langsung oleh
Presiden RI. Namun sayang, menurut hemat penulis, tugu tersebut hanya
menjadi pelengkap dari event nasional saja.
Ada satu hal lain yang
menjadi perhatian khusus penulis. Dari sejumlah monument, tugu, dan ikon
lainnya di kabupaten‑Kabupaten dan Kota di Provinsi Jambi ini, terkesan
sama sekali tidak terurus. Mulai dari cat yang dibiarkan luntur, tugu
yang kehilangan huruf pada tulisannya, patung yang tidak berkuping dan
masih banyak lagi bentuk‑bentuk ketidak seriusan pemerintah dalam
merawat tugu dan monument yang sudah ada pada saat ini. (*)
*Bekerja di Pengadilan Agama Bangko, Kabupaten Merangin
tulisan ini telah dimuat di Tribun Jambi - Senin, 6 Februari 2012 09:19 WIB (http://jambi.tribunnews.com/2012/02/06/mencari-ikon-jambi)
(admin @SensorDotCom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar