Oleh: Noprizal, S.HI *
“Kontrak
Objek wisata Aroma Pecco senilai Rp 45 juta, Air Terjun Telun Berasap senilai
Rp 40 juta hingga saat ini belum disetor ke Kas daerah, padahal sesuai dengan
perjanjian, uang kontrak harus diserahkan paling lambat 3 kali 24 jam setelah
perjanjian dibuat. Sementara pihak ketiga mengaku sudah menyerahkan uang
kontrak tersebut ke dinas, sedangkan untuk Danau Kerinci pihak ketiga telah
menyerahkan uang senilai Rp. 150 juta namun hanya disetor ke kas daerah sebesar
Rp. 100 juta , untuk lebih jelasnya kita tunggu kepala dinas, karena pengakuan
pihak ketiga semua urusan sudah diserahkan ke kepala dinas,’’ (Jambi
Ekspres, Sabtu, 25/08).
Objek wisata
di Kabupaten Kerinci ternyata juga tidak lepas dari masalah. Hal ini dibuktikan
dengan munculnya temuan-temuan baru dari segala sisi. Termasuk salah satunya
adalah kontrak kerjasama antara Pemda Kabupaten Kerinci dengan pihak
ketiga yang mengelola beberapa objek wisata di Kabupaten Kerinci selama
10 hari yaitu dari tanggal 19 hingga 29 Agustus 2012 bertepatan dengan Lebaran
Idul Fitri.
Sungguh
miris fenomena yang terjadi saat ini, di tengah maraknya pemberantasan korupsi,
masih ada oknum-oknum yang memanfaaatkan kesempatan untuk mencari
keuntungan.
Alhasil
semua retribusi yang dibebankan kepada pengunjung didongkrak dengan harga
selangit oleh pihak ketiga. Hal ini tentunya menjadi keluhan tersendiri bagi
para wisatawan, baik wisatawan yang berasal dari Kerinci, bahkan dari luar
kabupaten Kerinci, hingga wisatawan mancanegara.
Suatu
contoh, untuk bisa masuk ke objek wisata Air Terjun Telun Berasap, harga tiket
masuk sudah mencapai Rp 10 ribu rupiah, sedangkan untuk parkir dipasang
tarif termahal di dunia, yakni mencapai Rp. 15 ribu, tidak mustahil di objek
wisata lainnya juga diberlakukan hal seruapa. Padahal sesuai dengan Peraturan
Daerah yang ada harga tiket masuk hanya Rp 2 ribu untuk anak-anak dan Rp 4 ribu
untuk dewasa, sedangkan untuk parkir hanya Rp 2 ribu untuk roda dua dan
Rp 4 ribu untuk roda 4.
Begitu juga
di Danau Kerinci harga tiket masuk juga melambung tinggi, untuk parkir
roda dua bisa mencapai Rp 8 ribu rupiah, bahkan hanya melintas saja di jalan
raya dari Sanggarang Agung menuju Desa Tanjung Batu pun, pengguna jalan harus
mengeluarkan morogoh koceknya. Ini tentunya merupakan upaya keras dari pihak
ketiga untuk mengembalikan modal kontrak yang sudah dibayarkan kepada pihak
Dinas Disporaparbud, tentunya persoalan ini menjadi tugas besar bagi Pemda
Kerinci.
Fenomena ini
tentunya tidak bisa dibiarkan begitu saja, lambat laun, objek wisata di
Kabupaten Kerinci akan menjadi ladang empuk untuk meraup keuntungan. Padahal
objek wisata adalah salah satu sektor untuk yang sangat besar untuk pendapatan
asli daerah.
Objek Wisata Yang Terbengkalai
Kabupaten Kerinci memiliki banyak objek wisata yang eksotis. Beberapa objek wisata itu telah memiliki nama dan dikenal di Indonesia bahkan di dunia. Namun hingga kini, objek wisata tersebut belum mampu mendongkrak jumlah pengunjung, apa sebenarnya yang salah?
Gunung
Kerinci misalnya, selain merupakan gunung Tertinggi di Sumatera, juga merupakan
Gunung Api tertinggi di Indonesia. Hal itu tentunya bisa menjadi nilai tambah
bagi objek wisata di Kerinci.
Belum lagi
objek wisata lainnya seperti Danau Kerinci, Danau Gunung Tujuh yang merupakan
danau tertinggi di Asia Tenggara, Gunung Raya, Kebun Teh Kayu Aro yang
terbentang luas, Air Panas Semurup, Batu Besar, Masjid Agung Pendok Tinggi yang
berdiri kokoh tanpa paku, air terjun telun berasap dan beberapa air terjun
lainnya.
Meski
memiliki banyak objek wisata, namun Kerinci dan Kota Sungaipenuh hingga kini
belum juga bisa mendatangkan wisatawan dalam jumlah besar. Hingga kini jumlah
wisatawan baik dari mancanegara maupun domestik yang datang berwisata ke
Kerinci belum mampu menggambarkan bahwa Kerinci adalah kabupaten atau daerah
tujuan wisata yang kaya akan objek wisata yang menarik itu.
Beberapa
persoalan yang menurut penulis menjadi penghalang wisatawan untuk datang ke
Kerinci antara lain adalah akses yang menghubungkan antara Kerinci dan Kota
Sungaipenuh dengan ibukota Provinsi Jambi dan Sumatera barat, selain jarak
tempuh, kondisi jalan yang selama ini masih penuh lubang juga menjadi alasan
tersendiri.
Kendati
demikian hal tersebut tidak bisa dijadikan alasan mutlak, lantaran tidak
sedikit objek wisata di dunia ini yang jarak tempuhnya sangat jauh dari pusat
kota, namun tetap menjadi objek wisata tujuan utama dan bahkan menjadi nilai
tambah tersendiri dan menjadikan objek wisata atau tujuan wisata yang kian
menantang.
Persoalan
pelik lainnya adalah tidak tersedianya penginapan yang memadai dan hanya
membutuhkan waktu yang tidak lama dari objek wisata yang ada di Kerinci. Hal
itu tentunya akan sangat menyulitkan para wisatawan untuk bermanja-manja dan
menikmati panorama alam di Kabupaten Kerinci. Tentunya, kondisi itu menjadi
pertimbangan tersendiri bagi wisatawan untuk menghabiskan masa liburnya di
Ranah sakti alam Kerinci.
Bukan hanya
itu saja, untuk mencari souvenir khas dari Kerinci pun cukup sulit. Jika pun
ada yang bisa di dapat dengan mudah hanyalah dodol kentang di sepanjang jalan
di Lubuk Nagodang dan Siulak. Bahkan karena tidak ada pilihan lain, wisatawan
yang datang dari kota dan Kabupaten tetangga hanya bisa mendapatkan Kentang dan
ubi.
Promosi
tentunya tidak bisa dikesampingkan dari persoalan objek wisata yang hingga kini
ditengarai diurus setangah hati ini. Berkali-kali digelar event nasional
Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci (FMPDK) sama sekali bisa disebut tidak
membawa efek yang terlalu besar bagi Kerinci. Bahkan FMPDK itu sendiri tidak
lebih dari sekedar acara seremonial yang menghadirkan berbagai tamu dari luar
daerah dan dibungkus dengan keramaian pasar malam.
Kita coba
bandingkan dengan Provinsi Tetangga Sumatera Barat. Dengan objek wisata yang
tidak jauh lebih menarik dari Kerinci, namun mampu menjadi tujuan wisata utama
di pulau Sumatera ini. Dengan pesona danau Singkarak, Provinsi tetangga itu
mampu menggelar event internasional, Tour de Singkarak, sebuah perlombaan
sepeda internasional. Kenapa Kerinci tidak bisa menggelar hal tersebut? Padahal
Kerinci juga memiliki danau dan jalan yang mengelilingi danau tersebut.
Jika itu di
Sumatera Barat, kita mencoba melihat Kabupaten Bogor, Jawa Barat, memiliki
banyak objek wisata kenamaan. Terakhir kali penulis berkunjung Ke Bogor bulan
Maret 2012 kemarin, Penulis mencoba membandingkan dengan Kabupaten Kerinci.
Mulai dari Kebun Teh, apa sih unggulnya kebun teh di Bogor tersebut, dari segi
luas, Kebun Teh di Kerinci juga tidak kalah luas dan menarik dari pada kebun
teh di Bogor. Berbicara puncak, Kerinci dan Kota Sungaipenuh juga memiliki
puncak yang yang bisa digunakan untuk wisata olahraga paralayang, Bukankah
Bukit Kayangan bisa dimanfaatkan untuk pengembangan hal yang serupa, begitu
juga dengan suhu udara yang ada di sana.
Taman safari dan beberapa taman yang dibuat oleh pengembang objek wisata merupakan salah satu point telak yang mengalahkan Kerinci dan Kota Sungaipenuh. Namun hal itu tidak mustahil untuk di kejar. Kerinci yang memiliki kekayaan Sumber Daya Alam tentunya akan mampu menghadirkan wahana wisata seperti itu, asalkan mampu menggaet investor untuk menanamkan modalnya di Bumi sekepal tanah Syurga yang tercampak ke bumi ini.
Di Bogor penginapan yang disediakan di daerah puncak juga sangat banyak, dan yang tidak kalah pentingnya adalah hal yang sepele, berjejernya penjual buah tangan atau souvenir bagi pengunjung.
Taman safari dan beberapa taman yang dibuat oleh pengembang objek wisata merupakan salah satu point telak yang mengalahkan Kerinci dan Kota Sungaipenuh. Namun hal itu tidak mustahil untuk di kejar. Kerinci yang memiliki kekayaan Sumber Daya Alam tentunya akan mampu menghadirkan wahana wisata seperti itu, asalkan mampu menggaet investor untuk menanamkan modalnya di Bumi sekepal tanah Syurga yang tercampak ke bumi ini.
Di Bogor penginapan yang disediakan di daerah puncak juga sangat banyak, dan yang tidak kalah pentingnya adalah hal yang sepele, berjejernya penjual buah tangan atau souvenir bagi pengunjung.
Objek wisata
di Kerinci, jika tidak dikelola dengan baik, dan masih saja ada oknum yang
melakukan hal serupa dengan kejadian diatas, maka jangan pernah berharap banyak
potensi besar wisata di Kabupaten Kerinci akan mampu bersaing dengan daerah
lain.
*Bekerja di Pengadilan Agama Bangko
Admin @SensorDotCom
Note:
tulisan ini telah dipublish di Harian Pagi Jambi Ekspres, Jawa Pos Grup pada
Tanggal 06 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar